Assalamualaikum...
Apa kabar fellow readers ? Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu menjadi orang yang bersyukur atas semua anugrah yang diberikan Allah untuk setiap hidup hambanya, aamiin.
Tepat beberapa hari yang lalu kebetulan saya ada kegiatan diluar rumah hingga sore hari, dan karena memang kemampuan menyetir saya yang entah mengapa lancar jayanya lama sekali, hehehe *curhat* jadilah seperti biasa seringnya ketika berangkat saya yang nyetir sendiri didampingi ayah, lalu mobilnya dibawa pulang lagi :p Jadi pulangnya pasti sendiri pakai kendaraan umum atau seringnya tergiur dengan kemudahan taksi berbasis teknologi itu yang tinggal pesan lewat smartphone lalu dijemput dan diantar hingga tempat tujuan. Tapi kemarin tiba - tiba saja saya sedang ingin naik angkot, karena ingin menikmati jalanan Bandung yang cukup bersahabat di weekend kemarin, sembari menghilangkan sedikit penat dan lelah yang sebulan ini mulai saya rasakan karena beradaptasi dengan pola kegiatan baru yaitu bersekolah di hari sabtu dan minggu. Hitung - hitung " me time " mungkin ya, karena memang sekarang saya jarang sekali sekedar mampir ke mall atau toko buku untuk jalan - jalan atau cuci mata seperti sebelumnya yang sering saya lakukan ketika badmood melanda atau mulai lelah kalau kata bahasa anak jaman sekarang, hehe.
Singkat cerita akhirnya saya naiklah angkot ini, beberapa kali berganti angkot hingga akhirnya naik angkot terakhir yang menuju ke rumah. Di dalam angkot berisi 4 orang yaitu saya, dua orang ibu - ibu yang satu sendiri dan yang satu lagi menggendong seorang anak. Ibu yang sedang menggendong anak itu sebut saja Ibu A menggendong seorang anak yang jika dilihat dari usianya sebenarnya sudah tidak seharusnya digendong lagi. Tapi anak yang ada digendongannya itu memang memiliki kebutuhan khusus, ia belum bisa berjalan dan berkomunikasi seperti layaknya anak - anak lain seusianya. Mungkin seharusnya sekarang ia sudah masuk sekolah dasar jika kondisinya sehat. Raut muka ibu A sepertinya nampak sedikit lelah karena dengan postur tubuhnya yang mungil masih harus menggendong anak yang hampir sepantar itu pasti bukan sesuatu yang mudah tetapi tidak ada kesan kesedihan sedikitpun di mukanya. Sebut saja Ibu B, ibu - ibu satu lagi yang ada didepannya mulai melontarkan beberapa pertanyaan yang membuat mereka berdua akhirnya mengobrol. Karena posisi saya tidak terlalu jauh jadi saya ikut mendengarkan percakapan mereka, percakapan dimulai dari bertanya tentang kondisi si anak yang memang memiliki kelainan sejak lahir, sepanjang percakapan berlangsung tidak ada sedikitpun diceritakan dengan cara mengiba oleh si ibu A. Ibu A ini orang yang sangat optimis menurut saya, karena dibandingkan menceritakan kesedihannya, ia lebih banyak bercerita tentang perkembangan anaknya yang sedikit - demi sedikit mulai terlihat.
Jujur saya kagum sekali dengan sosok ibu A ini, walaupun saya tidak ikut dalam percakapan karena saya orangnya sering tidak bisa menahan air mata, takutnya nanti merusak suasana hanya karena saya merasa kasihan yang seharusnya memang tidak boleh saya tunjukan didepan orang yang seoptimis itu. Saya pun yakin ibu B yang ada di depan ibu A itu pun pasti kagum karena di sepanjang obrolan mereka si ibu B selalu tersenyum tulus mendengarkan setiap cerita yang disampaikan. Ada sedikit ucapan dari ibu B untuk ibu A yang langsung mengena di hati saya, (ucapan yang ditulis dibawah sudah melalui proses translate dari bahasa sunda ke bahasa indonesia ya, hehe)
" Bu, tetap sabar ya.. inshaAllah selalu ada kebaikan yang direncanakan Allah di setiap takdir hambanya. Hanya kadang kita belum tau kebaikan apa yang ada dibalik semua yang terjadi :) "
Ketika mendengarkan ucapan itu saya langsung terenyuh, dan seakan diberi tamparan halus oleh Allah melalui dua orang ibu yang sama sekali belum pernah saya kenal sebelumnya. Di saat saya diberi cobaan hal kecil saja biasanya saya bisa langsung down, mengeluh sana sini bahkan kadang sampai bersedih berlebihan. Saya malu, sungguh malu... Alhamdulillah masih diingatkan oleh Allah melalui episode hari ini, walaupun saya tidak tahu perasaan yang sebenarnya dan bagaimana kehidupan kedua ibu ini , tapi yang saya yakin mereka berdua adalah orang baik yang selalu berusaha optimis dalam menjalani kehidupannya.
Oia, nama anak yang dipangkuan ibunya itu Dena. Berdasarkan cerita yang saya dengarkan kemarin Dena sekarang sudah bisa makan nasi bukan bubur lagi dan sudah punya makanan kesukaan yaitu roti. Dena senangnya jalan - jalan keluar rumah tapi karena ibunya sering kecapean kalau ajak Dena keluar sendiri jadi harus menunggu ayahnya sedang tidak bekerja dulu baru bisa ajak Dena jalan - jalan. Dena suka rewel kalau ayahnya belum pulang, kita doakan Dena makin sabar ya menunggu ayahnya pulang bekerja supaya bisa jalan - jalan keluar rumah. Ayahnya Dena dulu seorang security, tapi karena ingin lebih sering mengantar Dena terapi jadi sekarang lebih memilih bekerja serabutan yang jadwalnya lebih flexibel, Masha Allah semoga ayah dan ibunya Dena selalu diberi kesehatan dan kesabaran ya dan semoga Dena juga segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT, aamiin allahumma aamiin :)